Kethoprak Mataram Seri Sudira – Klinthing Wasiat

Ini adalah episode ke 10 dari sekuel Manggalayuda Sudira yang saya unggah ditengah kegelisahan saya menunggu kabar seorang rekan yang akan memberikan file Sutrisna Tumpes Kelor.  Seri Pamungkas dari serial Manggalayuda Sudira yang (konon) disadur dari Cerita Tiongkok Sie Djien Kwi.  Untuk kesekian kalinya, saya merasa perlu untuk mengucapkan terima kasih pada ponakan saya, Dian Pratama yang kian hari kian jarang munjung pakdhenya.  Tak mengapa, asalkan dia senantiasa dalam keadaan sehat.  Salam saya untuknya.

Klinthing Wasiat

oleh Dian Pratama

Ketika Diah Gandaretna sedang prihatin di keputren Haldakarata karena tidak diperbolehkan maju perang melawan wadya Tanjung Anom, adipati Gandakesuma datang mengeluh akibat kena senjata musuh.   Untuk diperbolehkan  maju  perang  Diah  Gondaretna  memamerkan kesaktian pusakanya yang  berwujud “Klinthing”, Diah Gandaretna kemudian diangkat menjadi senapati.

Cover Klinthing Wasiat - Copy

Berkat keampuhan pusaka klinthing wasiat Tosidana dapat ditangkap. Pada waktu akan dijatuhi hukuman,  Tosidana  dapat  meloloskan diri dengan cara ambles bumi. Dengan lolosnya Tosidana, Gandaretna meningkatkan kewaspadaan dan siap siaga menghadapi musuh.

Tosidana menemui Candrana dan mengatakan bahwa Candrana dinanti oleh Gondaretna dengan sepenuh kasih,setelah berhadapan dengan Gandaretna, Candrana ditangkap karena daya keampuhan Klinthing.

Tiba waktunya menjalani hukuman, Candrana dapat meloloskan diri dengan cara terbang.  Keseluruhan peristiwa itu dilaporkan kepada manggalayuda Sudira, Sudira mengadakan sayembara siapa yang dapat mencuri klinthing wasiat akan diberi hadiah, Tosidana sanggup asal diberi hadiah Sutrisni.

Dalam kesiap siagaan Gandaretna telah mengganti “klinthing wasiat” dengan klinthing yang lain.  Pada  waktu  masuk  Candrana  langsung  mengambil klinthing dan tidur dikamar Gandaretna.  Tosidana menyusul Candrana dan kemudian ketahuan Gondaretna. Tosidana dan Candrana lari menuju kayangan dan berhasil mendapatkan sarana untuk  mendapatkan  balasan  cinta  kasih dari Sutrisni dan Gondaretna, Tosidana dan Candrana mendapat bekal berupa ” Tasik Wasiat” dari bethara Anggadewa.

Bagaimanakah selanjutnya kisah yang penuh humor ini? apakah tosidana mendapat imbangan kasih dari Sutrisni? Dan bagaimana halnya antara Gandaretna dan Candrana? Apakah mereka saling cinta mencintai ? Apakah Sudira selaku ayah Sutrisni dan adipati Gondakesuma selaku ayah Gondaretna menyetujui kenyataan kenyataan yang agak ganjil tersebut? Jawabnya silahkan anda menikmati kisah cerita yang penuh humor ini.

  1. Klinthing Wasiat 1a
  2. Klinthing Wasiat 1b
  3. Klinthing Wasiat 2a
  4. Klinthing Wasiat 2b
  5. Klinthing Wasiat 3a
  6. Klinthing Wasiat 3b
  7. Klinthing Wasiat 4a
  8. Klinthing Wasiat 4b

Mp3 Jazz – Ken Navarro

Ken+Navarro+Ken_NavarroNama ini saya kenal dari banyak album yang diberikan oleh Mas Wahyudiono kepada saya 3 tahun lalu yang kemudian menjadi pengunjung tetap di telinga saya.  Ketika itu, saya tidak mengetahu judul lagunya, karena dalam album Smooth Sensation (yang diberikannya keika itu)  hanya tertulis track 1, trak 2 dst.  Tetapi terdorong oleh keinginan untuk mendengar lebih banyak racikan gitaris kelahiran Italia 9 Juni 1953 itu, saya berusaha mendapatkan lebih banyak. Dan Akhirnya beberapa judul dari beberapa album berhasil saya dapatkan.

Ketika sencoba mencari referensi tentang musisi ini di Wikipedia Bahasa Indonesia ternyata saya tidak berhasil menemukan.  Tentunya, bukan karena namanya yang kurang  atau kurang beken untuk dibicarakan tetapi saya lebih percaya jika nama Ken Navarro luput dari amatan kontributor tulisan wikipedia, entah karena apa.  Padahal, jika anda mendengarkan Kim Waters, Mindy Abair, Brian Simpson dan Peter White anda akan merasakan adanya kesamaan nafas mereka.  Selain gitar, Kim menonjolkan percusi yang ketukannya runtut dan menurut saya sangat enak diikuti.  Artinya, mendengarkan Ken Navarro bukanlah pekerjaan susah.

Nah, Mas Wahyu.  Barangkali bisa memberikan referensi lebih lengkap tentang Ken Navarro???

Bagi yang ingin mencicipi, silahkan unduh beberapa file yang berhasil saya kumpulkan…..

All The Way

Dreaming Of Trains

Love Coloured Soul

Slow Dance

Smooth Sensation

The Grease Summer Light

The Meeting Places

Ki Narto Sabdho – Drupada Duta

Drupada, WayangBarangkali anda sependapat dengan saya, bahwa pra Baratayudha, upaya diplomatis yang dilakukan oleh Pendhawa dengan mediator Prabu Matswapati adalah dengan mengirimkan duta pamungkas yaitu Prabu Kresna.  Tetapi ternyata tidak demikian.  Beberapa waktu berselang, Pendhawa juga pernah mengirimkan duta untuk membahas kemungkinan penyelesaian Negara Hastina melalui dengan Prabu Drupada, Raja Pancala.  Tetapi sebagaimana diketahui, upaya ini sama sekali tak membuahkan hasil.  Konflik inilah yang dibangun oleh Ki Narto Sabdo dalam sebuah pagelaran wayang kulit semalam suntuk secara runtut dengan lakon Drupada Duta.

Cerita ini diawali dengan adegan adegan di Pendhapa Agung Negara Hastina.  Disaat Duryudana tengah mengadakan pertemuan lengkap dengan pembesar negara, hadir  Dewi Kunthi bersama dengan Yama Widura.  Kedatangan Kunthi tidak lain adalah untuk menagih janji Duryudana ketika Pendhawa Kalah bermain dadu.  Setelah tiga belas tahun berada di pembuangan dan setahun bersembunyi, sekarang saatnya Duryudana memenuhi janjinya, untuk memngembalikan Negara Amarta dan semua jajahannya, dan sebagian negara Hastina yang saat ini masih dikuasai Duryudana.

Raden_YamawiduraAkan tetapi kenyataanya, diluar dugaan.  Kedatangan Kunthi tidak membawa hasil dan bahkan membawa dua luka baru.  Yang pertama, Kunthi harus mendengar hinaan Kurawa terhadap Pandhawa.  Pendhawa dikatakan sudah tidak lagi mempunyai jiwa ksatria karena terlalu lama tinggal dihutan, sehingga tidak layak (atau belum layak, menurut istilah Duryudana) untuk menerima kembali Negara Amarta.   Kesakitan kedua, Kunthi harus menerima kenyataan diacuhkan oleh Adipati Karna, anak kandungnya.

Disaat Kunthi pingsan dipangkuan Yamawidura, Prabu Drupada hadir sebagai duta resmi para Pendhawa untuk membahas masalah yang sama dengan yang telah disampaikan oleh Kunthi. Kali inipun justru Duryudana semakin nekad dan mengeluarkan kata-kata yang membuat Drupada Naik pintam.

Menitik latar belakang Drupada yang merupakan menantu Prabu Gandabayu yang tak diragukan lagi kesaktiannya, membuat  Narpati Destrarastra, ayah Duryudana kebat-kebit.  Terbayang apabila Drupada benar-benar marah kepada Duryudana.  Oleh karenanya Destrarastra berniat menemui Prabu Drupada untuk menjinakkan kemarahannya.

Nah,  barangkali disinilah kelincahan akrobat imajinasi Ki Narto Sabdo.  Jika Kresna Duta menitik beratkan pada peran kresna yang telah diberi purbawaseas, Drupada tidak demikian.  Drupada menempatkan diri sebagai duta yang tidak diberikan kewenangan penuh.  Sehingga suasana hati dan gejolak kemarahan ketika dihina di pasewakan agung Astina, sunggguh merupakan penggambaran yang benar-benar hidup.

Tak hanya itu, bagi yang pernah mendengarkan lakon Kresna Gugah, maka Lakon Drupada Duta seakan bisa menjadi hidup, kendati keduanya merupakan lakon carangan.

Sebagai obat kangen setelah cukup lama tidak mengunggah materi baru, maka Drupada Duta yang relatif lengkap kami hadirkan.

  1. Drupada Duta 1
  2. Drupada Duta 2
  3. Drupada Duta 3
  4. Drupada Duta 4
  5. Drupada Duta 5
  6. Drupada Duta 6
  7. Drupada Duta 7
  8. Drupada Duta 8
  9. Drupada Duta 9 (tamat)

MP3. Sandiwara Radio – Tutur Tinular

Sandiwara Radio Tutur Tinular

Tutur tinular, jaman semana, jamansemana.com

Pada jamannya, sandiwara radio memiliki tempat khusus dihati masyarakat.  Salah satunya ketika sequel Tutur Tinular disiarkan oleh hampir semua radio swasta di Indonesia.  Ketika itu, boleh dikatakan setiap telinga mendengarkan cerita ini.

jamansemana

jamansemana.com

Kendati ketika itu saya tidak begitu tertarik dengan acara ini, tetapi setelah dua puluh lima tahun saat salah seorang teman saya membrikan file ini, saya merasa bahwa sandiwara radio ini jauh lebih baik dan lebih mendidik ketimbang film sejenis yang diangkat oleh beberapa televisi swasta sekarang ini.

Tutur Tinular jelas merupakan cerita carangan, tetapi tidak menyimpang jauh dari “induknya”.  Dengarlah betapa setting, tokoh (yang bukan tokoh utama, tentunya), dituliskan dengan runtut.  Penulis dengan sangat berhati-hati menyebutkn tahun saka maupun masehi ssuai dengan sejarah yang selama ini kita dengar.  Kedatangan utusan dari Mongolia, pelarian R Wijaya, terbunuhnya Tunggul Ametung dsb, ditulis runtut.  Dan yang lebih penting, penulis naskah tidak terjebak pada komersialisasi cerita demi mendapatkan pendengar yang sebagian besar muslim.

Dengarlah………………. J

“Kuberi nama pedang ini Naga Puspa. Selamatkan dia. Jangan sampai jatuh ketangan pendekar berwatak jahat.

“Heaaaaatttt…… yeeeeaaahh…..  lalu Deeerrrr

“Ohhh.. kakang Kamandanu, kau masih juga tidak percaya bahwa aku…. Aku mencintaimu,…..”

“Mei Shin, maafkan aku Mei Mhin… Mei Shin, Meiii Shiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn………”

“Tutur Tinular…. Sebuah sandiwara radio serial, produksi Sanggar Cerita dan Sanggar Teater Prativi.  Sebuah kisah dengan  berlatarbelakang sejarah  runtuhnya Singasari dan berdirinya Kerajaan Majapahit.  Sandiwara ini didukung oleh pemain-pemain sandiwara radio yang sudah ternama. Ferry Fadly, Ivone Rose Dan Elly Ermawati

“…….lalu music

Cerita ini ditulis dan disusun oleh S. Tijab.  Teknik dan mountase dekerjakan oleh Rudi Tinangon dan Joko SP, Sutradara EWS Yuwono.  Kali ini mengetahkan episode dengan judul. Pelangi Diatas Kurawan

Bla…bla…bla….

Tutur Tinular terdiri atas beberapa epsode, yang masing-masing terdiri atas 30 seri.  Karena banyaknya file yang harus kami upload, maka file ini akan kami unggah secara bertahap.

Nah, sekedar untuk bernostalgia, jika anda ingin menikmati kembali kejayaan Sandiwara Radio, kami persilahkan untuk mengunduh.  Khusus untuk rekan aki-aki O. Terima Kasih Sharing filenya…..

Adapun serial Tutur Tinular adalah sebagai berikut:

  1. Pelangi di Atas Kurawan, seri 1-30 (bulan ke-1)
  2. Kisah dari Seberang Lautan, seri 31-60 (bulan ke-2)
  3. Daun-Daun Bersemi Lagi, seri 61-90 (bulan ke-3)
  4. Kemelut Cinta di Atas Noda, seri 91-120 (bulan ke-4)
  5. Perguruan Lopandak, seri 121-150 (bulan ke-5)
  6. Cahaya Fajar Menembus Hutan Tarik, seri 151-180 (bulan ke-6)
  7. Mata Air di Tanah Gersang, seri 181-210 (bulan ke-7)
  8. Angkara Murka Merajalela, seri 211-240 (bulan ke-8)
  9. Badai Mengamuk di Atas Kediri, seri 141-270 (bulan ke-9)
  10. Pemberontakan Ranggalawe, seri 271-300 (bulan ke-10)
  11. Mutiara Ilmu di Atas Batu, seri 301-330 (bulan ke-11)
  12. Nagapuspa Kresna, seri 331-360 (bulan ke-12)
  13. Geger Pedang Nagapuspa, seri 361-390 (bulan ke-13)
  14. Keris Mpu Gandring, seri 391-420 (bulan ke-14)
  15. Kisah Seorang Prajurit Pelarian, seri 421-450 (bulan ke-15)
  16. Pemberontakan Gajah Biru, seri 451-480 (bulan ke-16)
  17. Pendekar Syair Berdarah, seri 481-510 (bulan ke-17)
  18. Dendam Lama dari Kurawan, seri 511-540 (bulan ke-18)
  19. Keluarga Prabu Kertarajasa Jayawardhana, seri 541-570 (bulan ke-19)
  20. Golek Kayu Mandana, seri 571-600 (bulan ke-20)
  21. Pemberontakan Lembu Sora, seri 601-630 (bulan ke-21)
  22. Gelapnya Malam Tanpa Bintang, seri 631-660 (bulan ke-22)
  23. Wong Agung Turun Gunung, seri 661-690 (bulan ke-23)
  24. Mendung Bergulung di Atas Majapahit, seri 661-720 (bulan ke-24)

Kawruh Sepala – MENGEMBALIKAN DATA YANG TERHAPUS DARI MICRO DISK

Micro SD

Beberapa hari yang lalu, karena rendahnya pengetahuan saya dibidang computer, IT dan ponsel, saya harus menerima kenyataan data yang tersimpan di micro disk hp saya terhapus.  Tidak tanggung-tanggung, bukan cuma terhapus tetapi terformat begitu saja.  Padahal banyak data yang tersimpan disana, yang sebagian diantaranya tidak saya backup.

Grathul-grathul saya berusaha mengembalikan data tersebut, sampai saya menemukan sebuah software yang –bagi saya- sangat gampang mengaplikasikannya, hingga akhirnya, sim salabim, hamper semua data saya  bisa saya ketemukan kembali.  Cara ini ternyata juga bisa digunakan untuk sebagian besar removable disk (MMC. Microflash, flasdisk bahkan hardisk).  Saya menganggap ini sebagai “kawruh sepala”.

Tulisan ini saya tujukan bagi anda yang pengetahuan komputernya sama buruknya dengan saya.

  1. Unduh dulu perangkat lunak untuk merestore data, yang bernama testdisk-6.14-WIN disini
  2. Perangkat lunak ini bersifat portable sehingga anda tidak perlu menginstalnya di computer.  Tetapi, dari namanya, perangkat ini hanya bisa berjalan di OS Windows.
  3. Pasang removable disk (memory card, micro flash, mmc, flashdisk dsb) di computer dan pastikan sudah terdeteksi keberadaannya.Untitled
  4. Buka folder  testdisk-6.14-WIN dan anda akan di hadapkan pada jendela ini.test disk
  5.   Jika anda ingin mersetore foto, pilih ( double klik) photorec_win.  Jika anda ingin mengambalikan semua data pilih testdisk_win.
  6. Dengan keyboard arahkan pilihan anda ke removable disk yang anda inginkan.  Lalu enter, enter, enter…..fteesttry
  7. Setelah sampai halaman ini, tetapkan dimana anda akan menyimpan hasil restore, atau biarkan secara default di C.   Lalu tekan tombol C di keyboard.
  8. Lalu biarkan proses scanning berjalan.
  9. Setelah selesai, secara default hasil restore anda akan terseimpan di  C/user/testdisk.finish
  10. Jika tidak ketemu, cari di search, ketik testdisk

Selamat Mencoba

Kethoprak Mataram Seri Sudira – Waryanti Mutung

Ponakan saya Dian Pratama barangkali sudah lupa akan janjinya untuk ngirim file kethoprak-kethoprak yang lain guna memenuhi syahwat dan rindu saya pada Kethoprak Mataram. Tapi tak mengapa, karena saya masih punya keyakinan, pada saatnya jika kesempatan itu datang dia pasti akan memenuhi janjinya.

Nah, sambil menunggu kiriman dari ponakan saya tersbut, dihadapan anda akan segera kami hidangkan pemberian yang lain dari ponakan itu, yang ternyata belum habis kita cicipi. Seri Sudira (Manggalayuda Sudira).

WARYANTI MUTUNG

By: Dian Pratama

Manggalayuda Sudira dan pangeran sepuh Danawilapa merasa prihatin sekali memikiran sikap Sutrisna terhadap Waryanti, pada waktu itu Sutrisna masih dipenjarakan karena kesalahannya yang tidak tahu balasbudi atas pertolongan dari Waryanti yang telah dapat mengentas Sutrisna dari lautan api.

Mendadak Tosidada dan Candrana datang menghadap melaporkan kalah perang melawan wadya kadipaten Cempapura. Terpaksa Sutrisna dikeluarkan lagi dari penjara untuk ditugaskan memimpin perang melawan kadipaten Cempapura, adipati Tambaksurya dapat dikalahkan dan menemui ajalnya, Sutrisna ganti berhadapan melawan ajar Titipati, karena keampuhan jimat ajar Titipati yang dapat mendatangkan angin prahara dan banjir bandang Sutrisna keteter dan akhirnya tenggelam dalam banjir yang ditimbulkan oleh jimat ajar Titipati. Demi mendengar apa yang terjadi di medan peperangan Sudira marah dan akan memimpin sendiri bala tentara maju ke medan laga, akan tetapi tidak diperkenankan oleh Danawilapa.

 Waryanti Mutung

Waryanti Mutung

Danawilapa berkunjung ke Hargapura, melerai keprihatinan Waryanti yang merasa tidak mendapat imbangan katresnan dari Sutrisna, bahkan Danawilapa mengajak Waryanti ke pesanggrahan manggalayuda Sudira untuk melaksanakan upacara “bangun nikah” dengan Sutrisna. Waryanti bersedia.

Setelah menghadap manggalayuda Sudira baru mengetahui bahwa Waryanti dimintai bantuannya untuk menolong Sutrisna dari bahaya maut yang mengancam jiwanya. Dengan dibantu oleh anak angkatnya yang bernama Endra, yang ditemukan dalam perjalanan waktu Waryanti menuju kepesanggrahan Sudira, Waryanti dapat mengalahkan kadhipaten Cempapura ajar Titipati kembalike asalnya menjadi kura-kura dan Sutrisna dapat ditolong kembali. Sungguh diluar dugaan, setelah peristiwa ini Sutrisna berkenan bercumbu kasih dengan Waryanti.

Tetapi suasana romantis yang berpadu kasih itu hanya sekejap saja, karena setelah Sutrisna tahu akan anak angkat Waryanti menjadi penasaran, Sutrisna sangat cemburu, Endra dan Waryanti akan dibunuh.  Waryanti lari menghadap Sudira, mohon diri untuk kembali ke Hargapura, Waryanti lari pulangke Hargapura. Datanglah Sutrisna mentang-mentang dihadapan Sudira mencari Waryanti, akhirnya Sutrisna dijebloskan ke penjara lagi. Sudira dengan wadyabalanya melanjutkan meluruk ke-kadipaten Haldakarata, adipati Ganda Kesuma Terkepung.

Bagaimanakah kelanjutan kisah ini, silahkan mengikuti terus kelanjutan serial Sudira ini.

  1. Waryanti Mutung 1a.01
  2. Waryanti Mutung 1a.02
  3. Waryanti Mutung 1b.01
  4. Waryanti Mutung 1b.02
  5. Waryanti Mutung 2a.01
  6. Waryanti Mutung 2a.02
  7. Waryanti Mutung 2b.01
  8. Waryanti Mutung 2b.02

Ki H. Anom Soeroto – Jayasupena Lahir

Setelah cukup lama tidak berkesempatan upload file, kali ini sambil menunggu bedug magrib saya membuka salah satu file wayang yang saya miliki dan belum sempat sharing kepada anda.  Harus diakui sekarang untuk mendapatkan file audio wayang dari dalang manapun sudah bukan pekerjaan susah mengingat sudah sangat banyak rekan yang peduli untuk berbagi.

Agak malu juga ketika mendengarkan hasil rekaman saya buat tiga tahun lalu dan sekarang ini hendak saya upload.  Entah apa yang salah sehingga suaranya tidak bagus, temponya terlalu cepat (kata Mas Edy Listanto karena cassete playernya “ecek-ecek”) dan seribu kekurangan lain yang pasti akan anda temukan.  Tetapi saya memaksakan diri untuk tetap upload karena saya belum melihat lakon ini saya temukan di internet.

Prolog dari lakon ini adalah –sekali lagi- tentang kegagalan Raden  Lesmanamadrakumara mempersunting gadis pujaannya.  Kali ini Putra Mahkota Hastinapura ini tergila-gila kepada Putri Prabu Darmajati, Raja Banonsalembag yang bernama Dewi Setyaningsih.  Setelah dikonsultasikan dengan Penasehat Kerajaan Hastinapura Pendhita Durna,  disimpulkan dari berbagai “wisik” yang masuk, memang Dewi Setyaningsih inilah jodoh Raden Lesmanamandrakumara.  Benarkah demikian?

Tidak sesederhana itu.  Justru pada saat ini Dewi Setyaningsih diketahui telah menghilang dari Keraton Banonsalembag.  Segala upaya telah ditempuh untuk menemukan kembali sang puteri tapi tetap tidak ada hasilnya.  Sang Dewi hilang bagai ditelan bumi. Oleh karena itu Prabu Darmajati memerintahkan puteranya yang bernama Raden Kusumadarma untuk mencari kakaknya sampai ketemu  sekaligus membuka sayembara kepada siapapun yang berhasil menemukan Dewi Setyaningsih, akan dinikahkan dengan puterinya tersebut.

Sebenarnya, Dewi Setyaningsih telah diculik oleh Raja Nusa Rukmi yang bernama Prabu Dewa Asmara.  Akan tetapi sudah sekian lama berada di kaputren Nusa Rukmi sang putri tidak mau disentuh oleh Prabu Dewa Asmara.  Meski Patih Kala Durgangsa telah menyarankan untuk lebih baik Sang Prabu mencari perempuan lain, tetapi hati Prabu Dewa Asmara sudah tertambat pada puteri Banonsalembag ini.  Tak ada jalan lain kecuali menunggu sampai pujaan hatinya itu luluh dan menyerah pada kehendak Prabu Dewa Asmara.  Yang terpenting saat ini adalah menjaga agar tak ada musuh yang masuk ke negara Nusa Rukmi dan keberadaan dewi Setyaningsih tidak diketahu.

Cerita lengkapnya, silahkan download disini

Kethoprak Mataram Seri Sudira, GOGOK WASIAT

Entah kenapa, saya jadi agak kurang bersemangat akhir-akhir ini.  Mungkin bertambahnya usia menjadikan otak saya yang berbahan kurang baik menjadi cepat bebal.  Tetapi, ponakan saya Dian Pramana masih menyisakan beberapa materi yang belum sempat saya unggah.  Kali ini saya ingin melanjutkan kisah Sutrisna – Waryanti yang merupakan sekuel dari cerita Manggalayuda Sudira.  Copy paste dari mas Dian Pratama tanpa editing samasekali:

GOGOK WASIAT

Oleh : Dian Pratama

Cover Gogok WasiatDengan pernikahan antara Sutrisna dan Waryanti, manggala Sudira merasa senang karenabertambahlah kekuatan Tanjung Anom. Belum saja percakapan tentang bertambahnya kekuatan itu selesai, datanglah Waryanti menghadap mertuanya untuk memohon diri pulang, kembali ke kadhipaten Hargapura karena akan dibunuh oleh suaminya, buntut dari meninggalnya adipati Wisraya dan kedua saudara Waryanti Widarba dan Widagda.

Sudira berusaha mencegah, tetapi Waryanti nekad lari. Baru saja Waryanti Keluar dari pesanggrahan,  datanglah Sutrisna dengan keris terhunus mencari Waryanti, Sudira marah terhadap Sutrisna, sampai-sampai Sutrisna akan dibunuh, untung dapat dicegah oleh Danawilapa, namun karena kesalahannya Sutrisna dijatuhi hukuman dipenjara.

Selanjutnya Sudira melanjutkan kewajibannya yaitu menakhlukan kadipaten Cakarbumi.  Dalam peperangan awal untuk menakhlukan Cakarbumi Tosidana dan Candrana terdesak danterpaksa mundur untuk memberikan laporan kepada manggalayuda Sudira bahwa musuh yangbernama ajar Candala mempunyai pusaka andalan “Gogok wasiat” yang dapat mengeluarkanapi besar sekali.

Atas saran Danawilapa Sutrisna dikeluarkan dari penjara dan diperintahkan untuk melawan musuh. Adipati Tapakkuda dan patih Gendrayuda menemui ajalnya melawan Sutrisna, akan tetapi Sutrisna terjebak masuk kedalam lautan api yang dikeluarkanoleh pusaka Gogok wasiat kepunyaan ajar Candala. Peristiwa ini menjadikan keprihatinankeluarga manggalayuda Sudira serta pangeran sepuh Danawilapa. Sudira bermaksud akanmemimpin langsung prajurit Tanjung Anom, namun Danawilapa mempunyai pendapat lain.

Selanjutnya bagaimanakan nasib Sutrisna yang terjebak dalam lautan api, berhasilkahditolong, dan siapakah yang akan menolong, silahkan mengikuti kisah berikut

  1. Gogok Wasiat 1a
  2. Gogok Wasiat 1b
  3. Gogok Wasiat 1c
  4. Gogok Wasiat 1d
  5. Gogok Wasiat 2a
  6. Gogok Wasiat 2b
  7. Gogok Wasiat 2c
  8. Gogok Wasiat 2d

Ki H Manteb Soedharsono – GADA INTEN

Wisanggeni, BambangBeberapa hari lalu, saya berkesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh muda hebat berdedikasi tinggi dalam sebuah perhelatan yang terbilang “wingit” di Monumen Jaten Karanganyar.  Acara yang bertajuk Wisata Budaya itu dihadiri oleh pemerhati, pelaku dan pecinta wayang seluruh Indonesia dari berbagai kalangan dan profesi., yang tergabung dalam PSMS (Pecinta Sejati Manteb Soedharsono”oye”).

Dalam perbincangan singkat saya dengan Mas Nanang HP , Mas Gamblang dan beberapa rekan lain, terbukalah mata saya tentang apa yang disebut dengan “sanggit”.  Dan berbicara sanggit, masing-masing dalang memilikinya, tetapi menghubungkan sanggit dengan “pakem” sehingga ada benang merahnya, tidak banyak daalang yang mampu melakukannya.  Menurut mereka, Pak Manteb adalah satu dari yang sedikit itu.  Postingan kali ini saya peresembahkan khusus untuk insan berdedikasi tinggi, PSMS teriring salam hormat dan salut untuk mereka.

MantebMenyimak pekeliran Ki H Manteb Sudharsono, selalu saja ada yang baru.  Kendati merupakan lakon carangan, tetapi selelu ada benang merah dengan pakemnya.  Ini menjadikan “sanggit” Pak Manteb tersasa realistis.  Disamping itu, dialog yang dikembangkan terdengar “masuk akal” dan menarik unumtuk diikuti.  Dan yang tidak kalah penting adalah pengambilan judul yang merangsang rasa penasaran kita, seperti halnya yang saya posting saat ini, Gada Inten.

Diawali dari pendhapa agung Negara Astina, tidak seperti biasanya Prabu Duryudana yang pesimis bakal bisa menang di Perang Baratayudha.  Kali ini Duryudana dengan sangat realistis melihat kenyataan bahwa Kurawa Bisa memenangkan Baratayudha.  Bukan saja karena materi prajurit yang lebih lengkap, tetapi Jugga Dukungan Prabu Manikmaninten, Raja muda kerajaan Parangrukmiyang dengan sukarela akan membantu Kurawa.

Duryudana sengaja menggelar Sidang khusus dengan dihadiri banyak tokoh ini, karena beberapa waktu lalu dia menerima surat dari Amarta, bahwa Prabu Puntadewa akan mengirimkan dutu yang khusus membahas kembalinya Negara Astina kepada Pandawa.

Yang menjadi masalah Bagi Prabu Duryudana bukanlah bagaimana menjawab dan menghadapi pertanyaan Duta Pandhawa ini, tetapi tokoh yang akan mewakili Pendhawa.  Raja Astina pantas bergeming karena kali ini duta Pandhawa adalah Bambang Wisanggeni, putera Arjuna dengan Dewi Dresanala yang kita sem8ua sudah tahu bagaimana karakternya.

psms larutWisanggeni adalah satu dari sedikit Ksatria amarta yang mempersetankan unggah-ungguh.  Dia berpembawaan lugas, jujur, dan tanp0a basabasi, disamping –tentu saja- memiliki kesaktian yang luar biasa.  Itu artinya Cuma ada dua pilihan bagi Duryudana, menyerahkan astina atau ambil resiko melawan Wisanggeni.  Itulah sebabnya, maka kehadiran Prabu Manikmaninten sungguh merupakan harapan baru bagi Duryudana.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Pak Mateb mengembangkan cerita yang hampir buntu ini?  Ya saya sebut buntu karena, dengan Wisanggeni diberikan ‘purbawasesa” untuk menyelesaikan gugatan Amarta atas  bumi Astina, sama saja dengan merebut Astina dari Prabu Duryudana.  Apa susahnya bagi Wisanggeni?  Tetapi berhasilkah dia?  Jawabnya pasti ; Tidak.  Tetapi bagaimana mungkin?  Itulah yang dinamakan “sanggit”

Nah untuk melihat “sanggit” pak Manteb dalam menempatkan tokoh sekelas Wisanggeni tidak berhasil menjadi duta pamungkas bagi Pendhawa, inilah jawabnya, Gada Inten.

  1. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 1a
  2. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 1b
  3. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 2a
  4. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 2b
  5. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 3a
  6. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 3b
  7. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 4a
  8. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 4b
  9. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 5a
  10. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 5b
  11. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 6a
  12. Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 6b

SEMALAM BERSAMA PSMS

Anggota PSMSMungkin sama seperti yang lain, ketika mendengar nama PSMS yang terlintas dibenak kita adalah Nama Klub Sepak Bola dari Sumatera Utara, Medan.  Tapi Bukan itu.  Kita tidak sedang berbicara tentang bola yang wadahnya kian hari kain carut  marut dan “njelehi” itu.  Tetapi kita sedang membicarakan kesenian, khususnya wayang.  Bersama PSMS pula saya berkesempatan mengenal kesenian dalam perspektif yang lebih luas, lebih gampang dan lebih akrab.

PSMS yang saya maksud adalah kependekan Penggemar Sejati Manteb Sudharsono “OYE”.  Sebuah paguyuban “informal” yang menyatukan para penggemar Pak Manteb.  Pada  ulang tahun mereka ke 2 Sabtu malam kemaren, digelar acara yang bertajuk Wisata Budaya yang puncaknya diselenggarakan di Monumen Jaten, Karanganyar yang dihadiri oleh berbagai kalangan.  Ada Mas Wahyudiono, Mas Edy Sujo, Mas Nanang HP, KI Gamblang Carito, Mas Sigid Ariyanto, Mas Putut, Mas Sri Kuncoro, Ki Boedi Pasopati, Mas Cahyo Kuntadi dan masih banyak lagi.

Wayang Kampung SebelahTerdorong keinginan saya untuk mengikuti acara tersebut dari awal, selepas Isya’ saya berangkat dari rumah.  Saya perkirakan jam 20.00 WIB saya bisa terlebih dahulu bersilaturahmi dengan orang-orang berdedikasi tinggi ini.  Kenyataannya, saya kecele.  Ketika saya sampai di Monumen Jaten, acara sudah dimulai.  Ini luar biasa, karena biasanya acara kesenian selalu molor.  Kekaguman saya kepada mereka semakin tak bisa saya sembunyikan.

Dimulai dengan Pagelaran Wayang Kampung Sebelah oleh Ki Jlitheng Suparman.  Saya tak hendak mengulas kehebatan seniman yang satu ini.  Setelah menyaksikan beberapa kali pementasannya, Mas Jlitheng seakan tidak pernah kekeringan ide.  Ada saja yang bisa dimasakknya sehingga menjadi hidangan yang menghibur, mendidik sekaligus membuka cakrawala baru tentang wayang.  Ditangannya wayang ibarat singkong yang bisa dimasak apapun dan hidangkan kapapun, dinikmati siapapun.  Tetapi tetap saja tidak kehilangan “ruh” pagelaran.  Ricik-ricik Banyumasan, misalnya,  digarap dengan sangat detil oleh Mas Jlitheng diawal pagelaran  membuat penonton lupa, pahwa yang tengah dinikmati adalah bunyi-bunyial alat musik modern.

Jam 22.00 WIB Giliran Ki Gambalng Carito menyemarakkan hajatan malam itu.  Sebelumnya saya telah diperkenalkan oleh Mas Wahyudiono dengan lelaki ganteng ini.  Kesan pertama saya, lelaki ini demikian lugas khas “majapahit”, egaliter, berwawasan luas dan memiliki aura sebagai seniman sejati.  Tidak salah dugaan saya.  Mas Gamblang  menampilkan demonstarsi melukis yang memang dipersembahkan untuk PSMS.

Ki Gamblang CaritoDiiringi gendhing reog ponorogo, mas Gamblang mencoretkan kuas diatas kanvas putih 75 cm X 100 cm. Warna biru dia sapukan di dua bagian, tengah bawah dalam bentuk garis dan lingkaran di pojok kiri atas.  Ada yang aneh dalam amatan saya dimana lingkaran itu dibuat dari kanan ke kiri tidak sebagaimana biasa kita membuat lingkaran.  Sayangnya, saya sampai lupa menanyakan (padahal ingin sekali), apakah beliau selalu begitu dalam mebuat lingkaran.  Lalu seperti kesetanan dia coretkan kuas kluwar – kluwer tidak karuan.  Sayangnya penonton yang demikian antusias makin mendekat dan mendesak saya sedemikian rupa sampai saya tidak tahu lagi apa yang Mas Gamblang kerjakan.  Empat belas menit kemudian lukisan selesai.

Saya berkesampatan melihat lukisan itu dari jarak yang sangat dekat beberapa saat setelah lukisan itu selesai.  Saya mencari dimana gambar lingkaran warna biru yang tadi saya lihat dicoretkan pria tampan ini?  Saya hanya melihat sedikit warna biru dari lukisan Mas Gamblang.  Bagaimana mungkin kuas pertama dicoretkan lalu ditumpuk tumpuk gebitu saja?? Saya sempat menanyakan beberapa hal kepada Mas Gamblang tentang lukisan itu selepas tengah malam sembari menyaksikan “sabet” mas Nanang HP.  Dialog singkat saya tentang Lukisan yang dipersembahkan Mas Gamblang kepada PSMS akan saya ceritakan dilain waktu.

Setelah Ki Gamblang CaEdy Sujorito ditampilkan wayang pakeliran padat oleh KI Suparno.  Ketika menyaksikan pementasan ini saya melihat kesan mewah dan glamour.  Betapa tidak. Ditengah simpingan wayang dengan prada emas yang gumebyar, gamelan dan wira pradangga dari Sanggar Bima dengan kekuatan penuh, tata lampu dan dutunjang busana yang dipakai Mas Parno sedemikian indahnya.  Ketika Mas parno memainkan wayang, terlihat beliau ngagem gelang ditangan kanan, keclap-keclap…. Wuihhh!!!

Kendati bukan dalang profesional, Ki Suparno Sukses menggelar Wiratha Parwa.  Ceritanya runtut, dialognya padat dan jelas dengan “ending” yang  sangat menyentuh.  Yang saya sempat kagum adalah kemampuan Ki Suwarno dalam hal sabetan.  Benar-benar khas Pak Manteb.  Salut untuk Ki Suparno!

Pukul 23.30 WIB acara terus berlangsung dan penonton belum beranjak dari tempatnya.  Betul-betul mereka ini pecinta wayang sejati.  Kali ini penyerahan Buku tulisan Mas Edy Sujo Kepada Pak Manteb Soedarsono.  Saya tidak tahu detilnya tetapi sedikit yang saya peroleh dari Mas Wahyudiono dan paparan singkat pembawa acara, buku ini berisi Catatan 40 pementasan Ki Manteb Sudarsono.  Ditulis dalam 2 bulan oleh Mas Edy Sujo.  Benar-benar prestasi yang tidak main-main.  Jika mau jujur, jarang seniman kita yang mau menyempatkan diri  membuat catatan pementasannya.  Oleh karena itu sebuah langkah maju telah diambil oleh Mas Edy Sujo yang berhasil “mendokumentasikan” pagelaran pak  Manteb.

Pak Manteb PidatoYang tidak kalah menarik adalah sambutan KI H Manteb Soedharsono.  Dalam pidato kebudayaan yang singkat itu, Pak Manteb berhasil memotret perkembangan kesenian di Indonesia.  Dengan bahasa yang halus dalam “sanggit” khas kejawen menurut saya pidato itu cukup tajam untuk menusuk berbagai kalangan.  Mulai dari pengambil kebijakan sampai para pelaku seni itu sendiri.  Tak kurang beliau menyampaikan keprihatinannya tentang rencana pemerintah untuk menerapkan Kurikulum 2013 yang menghilangkan Mulok (muatan lokal) Bahasa Jawa sampai kenyataan bahwa kesenian kita yang rawan di klaim oleh negara lain.  Diakhir sambutannya, Pak Manteb mempersilahkan kepada generasi muda siapapun juga yang ingin berdiskusi tentang Budaya pada umumnya, dan wayang pada khususnya.  Apapun, bahkan yang ingin bertanya Siapakah Isteri Patih Sengkuni….

Bungsu dari acara malam itu adalah Pagelaran Wayang yang dengan nyaris sempurna dibawakan oleh dalang muda berbakat Ki Nanang HP.  Saya lupa lakonnya, tetapi dalam amatan saya itu adalah Banjaran Karna.

Nanang HPDitangan Nanang HP, Sosok Adipati Karna yang tergambar dalam Serat Tripama benar benar bisa dimaknai.  Karna tampil sebagai manusia utuh dengan kulit, daging, nafsu, cinta dan rasa.  Selama ini saya sulit sekali membaca deskripsi tentang Adipati Karna.  Bagaimana mungkin Serat Tripama mencantumkan Adipati Karna sebagai manusia hebat sebanding dengan Kumbakarna dan Patih Suwanda.

Beberapa saat setelah pentas saya sempat bertanya kepada Mas Nanang.  Sebenarnya, Prabu Salya itu sayang apa tidak, sih sama Adipati Karna?  Lelaki berwajah imut ini dengan sangat tegas menjawab, sayang. Ya, memang benar adanya.  Dimata saya Prabu Salya sangat sayang kepada menantunya.  Tetapi fikiran bebal saya tidak mampu menterjemahkan dialog Pendapa Astina antara Salya dengan Karna dalam Lakon Kresna Duta oleh hampir semua dalang.  Tetapi satu kalimat Prabu Salya kepada Adipati karno yang malam itu digelar Mas Nanang, berhasil membuka mata, hati dan akal sehat saya: “….. Yoh, aku gelem dadi kusirmu, ning aku emoh mbok prentah!”

Sayangnya, keakraban dan kebersamaan itu harus terputus ketika matahari malu-malu menampakkan wajahnya.  Kami harus realistis menerima kenyataan bahwa kita tidak sedang di alam wayang.  Kita dialam realitas dan kita harus kembali menjalani realitas dan rutinitas masing-masing.  Bersama Mas Wahyu saya sowang-sowangan dengan manusia-manusia hebat penuh dedikasi, anggota PSMS.

Dalam  perjalanan pulang selepas mengantar Mas Wahyudiono ke Bandara enam jam setelah itu, saya masih berfikir keras, bagaimana mungkin sebuah kumpulan orang, – sebutlah crowd- tanpa struktur bisa bertemu dalam suasana akrab, egaliter, tidak ekskusif  dan saling memahami.  Jawaban saya cuma satu, wayang!  Ya, karena mereka melihat wayang dalam kacamata yang sama.

Selamat Untuk PSMS